Mungkin kata pertama yang paling tepat aku ucapkan adalah `syukur`. Beberapa bulan belakangan ini, aku dilimpahi berbagai macam berkah dari-Nya. Doaku selama ini terjawab dan terpenuhi dengan jalan-Nya. Aku masih ingat bahwa sebelumnya aku mengalami kegelapan dalam pemikiran terutama tentang masa depanku. Terkadang aku bingung dengan laju kehidupanku yang terkesan monoton serta tidak menghasilkan sesuatu yang berarti. Terlebih lagi aku dicekoki fakta bahwa umurku tak muda lagi dan aku harus mulai berpikir serius demi kepentinganku nantinya.
Aku sempat merevisi bagian-bagian hidupku satu-persatu. Aku merasa tidak puas dengan pekerjaanku selama tiga tahun terakhir. Menurutku, apa yang kudapat tidaklah sesuai dengan apa yang telah aku sumbangkan pada lembaga tersebut, yang kenaikan gajinya berlaku satu tahun sekali dengan nominal minim bahkan tanpa asuransi dan THR. Dan aku pun berusaha untuk mencari dan menemukan cara untuk segera hengkang dari tempat tersebut yaitu dengan mencoba melihat peluang pekerjaan di tempat atau perusahaan lainnya. Tentunya aku juga harus mengkorelasikan latar belakang pendidikanku dengan lapangan kerja yang tersedia. Beberapa kali aku mencoba, belum terlihat hasilnya. Aku kecewa karena berharap terlalu besar. Dengan mudahnya aku terpuruk oleh keadaan itu dan enggan untuk mencoba karena takut mengalami kegagalan lagi. Sehingga yang kudapati hanya duka dan luka, bukanlah semangat yang semakin menjadi untuk mewujudkan harapan yang tertunda.
Kevakuman itu kembali membuatku sedikit gelisah dan terpuruk dengan keadaan. Sebagai anak tertua aku merasa memiliki tanggung jawab lebih dibandingkan dengan saudara-saudara lainnya. Aku ingin melihat kedua orang tuaku bahagia melihat kesuksesanku dan mampu membantu mereka dalam memenuhi keperluan sehari-hari. Aku ingin bisa menanggung biaya kuliah kedua adikku. Aku ingin berpenghasilan lebih walaupun harus kerja keras. Aku ingin ini, aku ingin itu. Terlalu banyak mimpi dan akhirnya aku pasrah.
Sampai suatu saat, datang tawaran kerja sampingan dari seorang teman. Mestinya aku bergelut di bidang ini. Cuma entah kenapa aku tidak merasa nyaman melakukannya. Apa mungkin aku yang terlalu pemilih? Aku mencoba menjalaninya dari hari ke hari dengan frekuensi yang terbatas dulu, lama-kelamaan aku merasa nyaman dan semangat untuk bekerja double tiap harinya. Dari bulan lalu aku mengalami peningkatan kuantitas jam kerja, begitu pula dengan penghasilan. Memasuki bulan ini aku kembali mendapat tawaran yang menggiurkan. Hanya dengan bekerja delapan jam dalam satu minggu, pendapatan yang kuperoleh tiap bulannya bahkan melebihi penghasilan di kantor. Bayangkan jika semua dijumlahkan. Totalnya memang tak seberapa, tapi bagiku itu lebih dari perkiraan dan aku sangat mensyukurinya. Kini inginku hanya satu, aku berharap dibekali kekuatan lahir dan batin dalam menempuh jalanku. Aku ingin kuat dan tegar, tak ingin berbalik pada masa-masa kekanakanku lagi.
Terima kasih Tuhan, karena ternyata beginilah cara-Mu menunjukkan jalan yang semestinya. Terima kasih untuk keluarga, teman, dan orang-orang terdekat yang telah menemani serta mendukung pilihan-pilihanku. Terima kasih karena saat ini aku merasa menjadi orang yang sangat beruntung memiliki dan dimiliki oleh kalian. Love u.. 🙂